BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian
dalam satu kesatuan yangdimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu
terhadap nidasi, pemeliharaankehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan
menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara
bayi.Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan- perubahan
anatomi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester
I,sampai dengan trimester III kehamilan.Perubahan-perubahan anatomi tersebut
diantaranya adalah perubahan sistem pencernaan, dan perubahan sistem perkemihan.Perubahan
pada sistem pencernaan seperti sembelit, mual ataunause, perut kembungakibat makanan yang tertahan dalam lambug.Perubahan
pada sistem perkemihan seperti ibu hamil sering buang air kecil karenaadanya desakan oleh fetus yang semakin besar
dalam uterus.Namundemikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang
normal terjadi dalam proseskehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu
aktivitas, dianggap normal. Sebaliknya bila gejala-gejala tersebut mulai
berlebihan dan menyebabkan masalah dalam kehidupansehari-hari, seperti mengganggu aktivitas dan bahkan sampai dehidrasi
tentu bukan hal yangnormal lagi.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi
pada ibu hamiltrimester I, II, dan III.
Tujuan khusus
Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi
pada ibu hamiltrimester I, II, dan III,
yaituperubahan sistem pencernaan dan perkemihan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada ibu hamil, perubahan anatomi sistem-sistem pada tubuh
berkembang sesuaitahap usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai
trimester III kehamilan. Sistem-sistem
tersebut diantaranya adalah sistem pencernaan, dan sistem perkemihan
2.1 SISTEM PENCERNAAN
Perubahan
pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrien untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan janin dan perubahan ini berada di bawah pengaruh hormon dan mekanis.
Hal penting yang perlu diingat oleh bidan adalah bahwa banyak diantara
perubahan ini bertangggung jawab terhadap sejumlah ketidaknyamanan yang dialami
selama kehamilan.
Perubahan
diet selama kehamilan, banyak terjadi seperti keengganan terhadap kopi, alkohol
dan makanan yang digoreng, begitu pula dengan ibu yang sangat menginginkan
makanan yang asin dan pedas; hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
penumpulan indera pengecap selama kehamilan. “Pika”, istilah yang digunakan
untuk menggambarkan keinginan yang aneh, mengunyah makanan secara kompulsif dan
diam-diam, atau ingesti zat yang bukan makanan (misalnya : es, batu bara,
disinfektan) juga banyak terjadi, meskipun beberapa pika mungkin lebih banyak
berhubungan dengan tradisi sosial daripada selera makan yang kompulsif.
mekanisme perubahan diet ini sangat sulit dipahami dan biasanya tidak memiliki
signifikansi terhadap kehamilan, kecuali jika materi yang dikonsumsi menghambat
absorpsi zat besi.
Estrogen
dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah-muntah. Selain itu,
terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih
sering lapar atau perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu, terjadi
muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis
gravidarum).
Meskipun
banyak wanita yang mengalami mual di awal kehamilan, ada juga yang mengalami
peningkatan nafsu makan dengan asupan makanan harian meningkat hingga 200 kkal.
Hipotalamus yang mengendalikan lemak tubuh total, dipicu kembali oleh
progesteron sehingga kadar cadangan lemak tubuh yang baru dapat dicapai dengan
makan lebih banyak dan mengurangi energi yang digunakan. Hal ini memfasilitasi
ibu untuk memasuki trimester ketiga dengan 3,5 kg cadangan lemak yang
terakumulasi, yang merupakan bank energi untuk trimester terakhir saat penyimpanan
lemak secara praktis berhenti, tetapi energi tetap dibutuhkan untuk pertumbuhan
janin. Banyak wanita merasakan peningkatan rasa haus selama kehamilan akibat
pengeseran kembali ambang osmotik untuk rasa haus dan vasopresin. Hal ini
berperan dalam penurunan osmolalitas plasma, menyebabkan peningkatan retensi
air yang merupakan perubahan fisiologis normal selama kehamilan. HCG dapat
mempengaruhi osmoregulasi pada kehamilan.
Gusi
mengalami edema, lunak dan seperti spons selama kehamilan yang kemungkinan terjadi
akibat efek estrogen. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan jika mengalami
trauma ringan, seperti akibat sikat gigi. Terkadang terjadi pembengkakan yang
sangat vaskular dan bersifat fokal yang disebut epulis (atau
gingivitis); pembengkakan ini disebabkan oleh pertumbuhan kapiler gusi. Hal ini
biasanya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Banyak data yang
menunjukan bahwa kehamilan tidak menyebabkan kerusakan gigi. Salivasi yang
berlebihan atau ptialisme, merupakan keluhan yang kadang-kadang terjadi pada
kehamilan; hal tersebut tampaknya disebabkan oleh stimulasi kelenjar saliva
akibat ingesti zat tepung.
Peningkatan
estrogen dan progesteron meningkatkan aliran darah ke rongga mulut,
hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan
hiperplastis; ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh. Hal ini
juga dapat mendorong ibu memperhatikan perawatan gigi dan mulut, tetapi bukan
dikarenakan ia akan kehilangan kalsium dari cadangan kalsium yang dialirkan ke
janin. Janin memperoleh kalsium dari cadangan kalsium di dalam tubuh ibu, bukan
dari gigi ibu.
Tingkat
keasaman saliva meningkat, dan pada trimester pertama, mengeluh mual dan
muntah. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi
hari (morning sicknesss). Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah melemah di
bawah pengaruh progesteron, yang menyebabkan relaksasi otot polos.
Sejalan
dengan kemajuan kehamilan, uterus yang membesar juga mendorong lambung dan
usus, akibatnya, apendiks bergeser keatas dan lateral sehingga apendisitis
dapat disalah artikan sebagai pielonefritis. Pada kehamilan cukup bulan,
lambung berada pada posisi vertikal dan bukan pada posisi normalnya, yaitu
horizontal. kekuatan mekanis ini menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik
dan perubahan sudut persambungan gastro-esofageal yang mengakibatkan terjadinya
refluks esofageal yang lebih besar. Pergeseran lambung kearah atas saat uterus
mengalami pembesaran yang tidak wajar (seperti pada kehamilan kembar atau
polihidramnion) menyebabkan timbulnya berbagai gejala kehamilan yang mengganggu
dan lebih sulit diatasi.
Penurunan
drastis tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah relaksasi sfingter bawah
esofagus merupakan predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi dan
haemoroid. Sekitar 80% ibu hamil mengalami nyeri ulu hati selama kehamilan,
biasanya pada trimester ketiga. Hal ini dianggap akibat adanya sedikit
peningkatan tekanan intragastritik yang dikombinasikan dengan penurunan tonus
sfingter bawah esofagus sehingga asam lambung refluks kedalam esofagus bagian
bawah. Meskipun etiologi yang sebenarnya masih belum jelas, pengaruh kombinasi
antara progesteron dan estrogen kemungkinan menjadi penyebabnya.
Kerja
progesteron pada otot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang disertai
penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Semua perubahan yang
terjadi akibat progesteron ini dialami seluruh saluran usus halus. Efek-efek
progesteron menjadi lebih jelas seiring kemajuan kehamilan dan peningkatan
kadar progesteron. Efek progesteron pada usus halus adalah memperpanjang lama
absorpsi nutrien, mineral, dan obat-obatan. Absorpsi ini juga meningkat akibat
hipertrofi vili duodenum yang dapat meningkatkan kapasitas absorpsi. Efek
progesteron pada usus besar menyebabkan konstipasi karena waktu transit yang
melambat membuat air semakin banyak diabsorpsi dan menyebabkan peningkatan
flatulen karena usus mengalami pergeseran akibat pembesaran uterus.
Diduga
bahwa efek relaksasi progesteron menyebabkan terjadinya perlambatan motilitas
usus, mengakibatkan waktu transit yang lebih lama, dan peningkatan absorpsi air
kolonik, yang keduanya berperan terhadap terjadinya konstipasi, meskipun
penelitian yang membuktikan belum banyak dilakukan. Kompresi usus bagian bawah
oleh uterus juga dapat menimbulkan masalah ini, begitu juga dengan pemberian
zat besi secara oral.
Di
bawah pengaruh estrogen pada kandung empedu, dapat terjadi statis garam-garaman
empedu (kolestatis pada kehamilan) yang menyebabkan pruritus dan ikterus.
Kandung empedu mengalami dilatasi selama kehamilan dan laju pengosongannya
lambat akibat efek progesteron. Empedu menjadi lebih kental, disertai
peningkatan resiko kolestatis obstetrik. Pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dapat mengakibatkan retensi kristal kolesterol-bakal batu empedu, yang
relatif umum terjadi pada ibu hamil asimptomatik.
Beberapa
penelitian menunjukan tidak adanya perubahan pada ukuran hati dan aliran
darah, sedangkan penelitian lainnya menunjukan hal yang sebaliknya. Meskipun
banyak perubahan hati selama kehamilan yang menyerupai penyakit hati, tes
fungsi hati harus diinterpretasikan dengan cermat karena terdapat perbedaan
besar antara hasil laboratorium yang berkaitan dan ‘rentang normal’.
2.2 PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
· Terjadi
perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan uterus
· Penurunan
tonus dan motilitas saluran gastro intestinal menyebabkan
waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama
· Penyerapan
makanan meningkat
· Terjadi
konstipasi yang dapat meningkatkan terjadinya haemoroid
· Adanya refluks sekret-sekret asam ke
esofagus menyebabkan terjadinya pirosis (nyeriulu
hati)
· Gusi menjadi
melunak dan mudah berdarah (hiperemi)
2.3 SISTEM PERKEMIHAN
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami
tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat
kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan
pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih
meningkat. Hal ini umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke- 24
kehamilan.
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung
kemih tertekan kembali sehinggal timbul sering kencing.
Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal [
estrogen dan progesteron ], tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan
peningkatan volume darah. Sehingga minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan
uretra berdilatasi.
Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolism dan
sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal
pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm.
Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumben
lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil
berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga
curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin
menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.Pada kehamilan normal fungsi
ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada awal kehamilan.
2.4 PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
- BAK cenderung menetapkan frekuensinya mulai dari kehamilan 6-12 minggu, pada usia kehamilan selanjutnya perubahan jaringan bagian bawah rongga panggul akan meningkatkan frekuensi BAK dari biasanya.
- Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan membuat ureter menjadi dilatasi untuk menampung banyaknya urin
- Ukuran ginjal sedikit bertambah besar, vaskularisasi meningkat karena pengaruh progesteron
- Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir kehamilan
- Glukosaria (kadar glukosa dalam urin) meningkat pada kehamilan
BAB III
KESIMPULAN
Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan
anatomi sesuai tingkat usiakehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut
dimulai pada trimester awal sampaitrimester terakhir kehamilan yaitu trimester
III.Perubahan-perubahan anatomi yang terjadi pada ibu hamil diantaranya
meliputi sistem pencernaan, dan sistem perkemihan, yang berkembang sesuai
dengankondisi janin yang ada di kandungan
ibu.
Pada sistem pencernaan di awal trimester timbul gejala
morning sickness dan berangsur membaik
pada trimester selanjutnya, bahkan nafsu makan pun meningkat. Mual (nausea)terjadi karena makanan lebih lama berada di
lambung dan dicerna sangat lambat di usus.Terjadi konstipasi karena pengaruh
hormone progesterone yang meningkat. Selain itu perutkembung juga
terjadi.
Pada sistem perkemihan, bila satu organ membesar, maka organ
lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan
berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air
kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar