ANATOMI KEPALA JANIN, SUTURA, DAN
FUNGSI SUTURA PADA PROSES PERSALINAN
Kepala
janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak
1.
Bagian
muka terdiri dari :
a. Tulang hidung (os. Nassal)
b. Tulang pipi (os. Zigomatikum)
c. Tulang rahang atas (os. Maxillare)
d. Tulang rahang bawah (os.
Mandibulare)
Susunan
tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak dapat melakukan atau
terjadi moulage. Kedudukan tulang muka ditentukan dengan meraba hidung, dagu,
mulut, dan rongga mata.
2.
Bagian
tengkorak
Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalianan,
yang terdiri dari:
a.
Tulang dahi (os. Frontale) 2 buah
b.
Tulang ubun-ubun (os. Parietale) 2
buah
c.
Tulang pelipis (os. Temporal) 2 buah
d.
Tulang belakang kepala (os.
Occipital)
3.
Hubungan antara tulang tengkorak
Hubungan tulang tengkorak janin
belum rapat sehingga kemungkinan mendekat saat persalinan tanpa membahayakan jaringan
otak, disebut moulage. Celah-celah diantara tulang tengkorak yang ditutup
dengan jaringan ikat disebut sutura.
1. Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal.
2. Sutura koronaria (sela mahkota) antara tulang frontalis dan
tulang parietalis.
3. Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang
parietalis.
4. Sutura frontalis : antara kedua frontalis.
Disamping
itu terdapat pertemuan antara sutura-sutura yang membentuk ubun-ubun
(fontanella).
1.
Ubun-ubun besar (fontanella mayor)
a. Bentuk segi empat laying merupakan
pertemuan antara sutura sagitalis, dan sutura koronaria, dan sutura frontalis.
b. Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis.
c. Sebagai petunjuk letak puncak kepala.
2. Ubun-ubun kecil (fontanella minor)
a. Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea.
b. Sebagai petunjuk letak belakang kepala.
Sutura dan ubun-ubun tertutup pada
bayi sekitar 1,5 sampai 2 tahun.
4.
Ukuran Tulang Kepala Bayi Aterm
1. Ukuran muka belakang
a. Diameter suboksipito-bregmatika
1. Antara foramen magnum ke ubun-ubun
basar.
2. Jaraknya 9,5 cm
3. Akan melalui jalan lahir pada letak belakang
kepala, dengan lingkaran sirkumferensia suboksipito-bregmatika dengan ukuran
32cm.
b. Diameter suboksipito-frontalis
1. Antara foramen magnum ke pngkal
hidung
2. Jaraknya 11cm
3. Ukuran yang melalui jalan lahir
sirkumferensia suboksipito-frontalis dengan kedudukan fleksi sedang, belakang
kepala.
c. Diameter fronto-oksipitalis
1. Antara titik pangkal hidung ke jarak
terjauh pada belakang kepala
2. Jaraknya 12cm
3. Lingkaran fronto-oksipitalis dengan
sirkumferensia 34cm melalui jalan lahir pada letak puncak kepala.
d. Diameter mento-oksipitalis
1. Antara dagu ke titik terjauh
belakang kepala.
2. Jaraknya 13,5cm
3. Dengan sirkumferensia 35cm. melalui
jalan lahir pada letak dahi.
e. Diameter submento-bregmatika
1. Antara os hyoid ke ubun-ubun besar.
2. Jaraknya 9,5cm.
3. Dengan sirkumferensia 32cm. melalui
jalan lahir pada letak muka.
1. Ukuran Melintang
a.
Diameter
biparietalis, antara kedua parietalis dengan ukuran 9cm.
b.
Diameter
bitemporalis, antara kedua tulang temporalis dengan ukuran 8cm.
5.
Persendian Tulang Leher
Dalam persalinan letak kepala
persendian tulang leher berperan penting karena
1. Bentuk kepala ovale (telur) sehingga
setelah bagian besar lahir maka bagian kepala lainnya mudah melalui jalan
lahir.
2.
Persendian
tulang leher dalam bentuk persendian kogel sehingga dapat berputar kesegala
arah yamg memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam, dan letak
persendian leher agak kebelakang di tulang oksipitalis sehingga
memberikan kemungkinan fleksi kearah dada.
Dengan demikian kepala bayi dalam
proses persalinan dapat menyesuaikan diri pada jalan lahir yang berbentuk
corong melengkung ke depan yang disebut putaran paksi dalam. Sampai beberapa
bulan setelah dilahirkan, tulang-tulang kepala bayi belum menyambung satu sama
lain. Namun letaknya telah tersusun berdampingan secara rapi. Keadaan ini
memungkinkan jaringan otak berkembang menjadi lebih besar, karena terdapat
ruang yang bisa mengikuti besarnya otak.Kepala bayi dibentuk oleh beberapa
lempeng tulang, yaitu 1 buah tulang di bagian belakang (tulang oksipital), 2
buah tulang di kanan dan kiri (tulang parietal), dan 2 buah tulang di depan
tulang frontal). Di antara tulang-tulang yang belum bersambung itu terdapat
celah yang disebut sutura. Sutura-sutura ini ada yang membujur dan ada pula
yang melintang.
Titik silang
celah-celah itulah yang membentuk ubun-ubun depan (besar) dan ubun-ubun
belakang (kecil). “Ubun-ubun dan
sutura-sutura ini normalnya menutup antara usia 6-20 bulan. Jika
ternyata di bawah usia 6 bulan sutura tulang tengkoraknya sudah menutup, bisa
dikatakan menutup terlalu cepat. Jika masing-masing tulang sudah bersambungan
satu sama lain, biasanya ubunubun juga ikut menutup. Istilah medis untuk
penutupan sutura ini, craniosynostosis, berasal dari kata cranio yang berarti
tulang tengkorak, syn yang berarti bergabung, dan ostosis yang artinya tulang.
Secara
kasat mata, akibat proses penutupan tulang tengkorak yang kelewat dini bisa
dilihat melalui bentuk kepala yang tak normal.Ketidaknormalan ini terjadi
karena pertumbuhan kepala cenderung mengarah ke tulang yang suturanya menutup
belakangan. Ketidaknormalan bentuk itu tentu saja tampak berbeda-beda,
tergantung sutura mana yang menutup lebih dulu. “Sebagai contoh, kalau sutura
bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan kepala akan lebih mengarah ke belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul.”
bagian depan sudah menutup lebih dulu, pertumbuhan kepala akan lebih mengarah ke belakang, dan akibatnya kepala jadi panjul.”
“Sutura atau ubun-ubun yang sudah
menutup bisa mulai diketahui dari pemeriksaan yang dilakukan saat bayi baru
lahir.” Dokter yang menolong persalinan biasanya dengan mudah bisa melihat
kelainan itu. Ia akan curiga bila kepala bayi tampak lebih kecil dibandingkan
badan. Yang normal, kepala bayi justru terlihat lebih besar daripada bagian
tubuh lainnya karena keliling lingkar luar kepalanya sama dengan keliling
dadanya.
Tujuan mengukur
lingkar kepala bayi pada saat ia lahir ialah untuk mengetahui adanya kecenderungan ubun-ubun menutup terlalu cepat.
Pengukuran ini tentusaja tidak hanya sekali, tapi terus dilakukan setiap bulan
bersamaan dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk mengetahui
apakah ukuran lingkar kepala bayi normal atau tidak, nakes berpatokan pada
grafik lingkar kepala berdasarkan umur yang disebut grafik Nellhaus.
Dengan
grafik ini, adanya kelainan pada ukuran lingkar kepala dan proses
pertumbuhannya bisa terdeteksi, baik jik akepala terlalu besar (misalnya karena
hidrosefalus) atau terlalu kecil, misalnya karena craniosynostosis. Selain itu,
pemeriksaan bisa dilakukan dengan meraba ubun-ubun besar bayi, apakah ukurannya
normal atau tidak. Diameter ubun-ubun besar yang normal berkisar antara 0,63,6
cm dan bila diraba akan terasa berdenyut karena memang ada pembuluh darah di
bawahnya. Pemeriksaan ubun-ubun dan lingkar kepala ini sebenarnya tidak sulit
namun untuk perabaan terhadap sutura kepala bayi yang biasanya agak lebih
sulit. Bagaimanapun, celah antar tulang ini memang tak sebesar ubun-ubun. Jika
dari pemeriksaan ukuran dan perabaan kepala dicurigai ubun-ubun menutup terlalu
cepat, nakes akan memeriksanya lebih jauh dengan CT Scan. Alat ini bisa memberi
gambaran yang lebih jelas.
sore kak, ini sudah lengkap informasi tentang tengkorak bayinya???
BalasHapuskak bisa ngak kasih tahu adeg cara menentukan posisi miring ke arah ubun ubun pada saat persalinan
BalasHapustolong lah ka blognya agak di perbaiki yah
BalasHapus